Minggu, 06 September 2015

The Covalent Bonds Form

An atom whose outer shell isn’t filled is chemically reactive, meaning that it can participate in chemical reaction with other atoms. An atom with an unfilled outer shell can share electrons with another atom. By sharing electrons, the atom can achieve a full outer shell and it will become more stable as a result. This situation is depicted in the figure below for hydrogen and oxygen, which can combine to form a water molecule. 
Hydrogen atom has just one electron in the outer shell instead of the allowed two, while oxygen atom has six electrons in the outer shell instead of the allowed eight. When two hydrogen atoms share their electrons with an oxygen atom, each atom now has a complete outer shell and is therefore more stable. Sharing of electrons between atoms is the basis of covalent bonds, whereby atoms are joined to one another to form molecules. The sharing of one pair of electrons gives rise to a single bond between two atoms and sharing of two pairs of electrons constitutes a double bond. The covalent bonds are typically very stable, which means it takes a substantial amount of energy to break them. The precise amount of energy is needed to break a covalent bond depends on the types of atoms involved and the number of bonds they form with one another. The double bonds generally being stronger than single bonds.
 
The above figure shows that covalent bonds in (A) a water molecule forms when each of two hydrogen atoms share an electron with an oxygen atom. Each hydrogen atom forms a single covalent bond with the oxygen atom. For figure (B) oxygen is commonly found as the molecule O2, in which two oxygen atoms share electrons. Each shared electron pair represents a single covalet bond. The two atom oxygen atoms therefore form a double covalent bond with one another (Craig, dkk: 2010).

Jumat, 04 September 2015

Kandungan Glukosa pada Urin

Urin merupakan salah satu cairan yang mengandung sisa metabolisme yang diekskresikan oleh ginjal. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya urin terbentuk melalui 3 tahap yaitu filtrasi, absorpsi, dan augmentasi. Pada orang sehat, urin mengandung air, ureum, kreatin, dan garam-garaman, sedangkan urin yang tidak sehat, bisa mengandung glukosa, protein, atau darah. Normalnya glukosa tidak ditemukan atau ada tapi dalam jumlah yang sangat kecil di dalam urin. Hal ini dikarenakan di dalam ginjal glukosa mengalami penyerapan kembali (reabsorpsi) oleh tubulus kontortus proksimal. Apabila tingkat glukosa dalam darah melebihi batas gula ginjal (160-180 mg/dl) maka glukosa mulai nampak dalam urin. Keberadaan glukosa dalam urin (glucosuria) merupakan indikasi adanya penyakit, yaitu diabetes mellitus.
Penyakit diabetes mellitus dapat dideteksi lewat uji kandungan glukosa yang terdapat dalam urin. Uji tersebut menggunakan larutan yang disebut reagen benedict. Reagen benedict adalah larutan yang digunakan untuk mengetahui kandungan glukosa dalam suatu cairan. Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Apabila reagen benedict diteteskan ke dalam larutan gula maka tembaga alkalis yang terkandung di dalam benedict akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehida dengan membentuk kuprooksida (Cu2O) yang akan menghasilkan endapan berwarna merah bata yang berada di dasar tabung. Dengan cara seperti itulah maka glukosa yang terkandung di dalam urin dapat terdeteksi dengan  perubahan warna yang terjadi.
Pada gambar di atas menunjukan bahwa urin yang tidak sehat (mengandung glukosa) setelah ditetesi reagen benedict dan dipanaskan di atas api mengalami perubahan warna menjadi merah bata. Sedangkan, urin yang sehat setelah ditetesi benedict warnanya tidak berubah dan tetap berwarna biru.
Agar terhindar dari penyakit diabetes melitus sebaiknya melakukan hal-hal pencegahan seperti berikut ini: 1) selalu memperhatikan porsi makanan agar tetap seimbang (pilih makanan dengan karbohidrat/rendah gula), 2) olahraga secara teratur dan tidak banyak berdiam diri, 3) usahakan berat badan dalam batas normal, dan 4) hindari obat-obatan yang dapat menimbulkan diabetes (Wijayakusuma, 2008).